Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2009

KORBAN SUPPORTER ATAU SUPPORTER KORBAN?

Apa reaksi Anda saat bersantai menyaksikan berita di televisi lalu sejurus kemudian disuguhi informasi yang menyebutkan kelompok supporter tertentu mengamuk dengan melakukan pelemparan ke tengah lapangan dan melakukan pembakaran di beberapa titik di tribun stadion? Kaget atau malah berkata pada diri sendiri "ah Liga Indonesia, sudah biasa". Belum selesai disana, esok harinya terbitlah berita di koran yang menyebutkan kelompok supporter tertentu mengamuk karena timnya kalah dan lain sebagainya yang tentu menyudutkan kelompok yang berulah itu. Adilkah? Mungkin ya, mungkin tidak. Loh kok? sudah jelas mereka yang berbuat karena timnya kalah, supporter di Indonesia mana ada yang dewasa? Mungkin demikian pandangan masyarakat umum dan saya tidak dalam posisi untuk menyangkal hal itu, tetapi boleh kiranya saya mengungkapkan sudut pandang lain yang mungkin bodoh dan sangat sederhana, tetapi bukankah ide yang paling sederhana terkadang jawaban tepat? Menurut saya sungguh picik jika kit

Haruskah Jaya Hartono Di Pertahankan

Persib Bandung pada musim kompetisi Superliga Indonesia 2008/09 dibesut oleh Jaya Hartono seorang pelatih yang sebelumnya sukses menangani Deltra Putra Sidoarjo (Deltras). Jaya datang ke Bandung tidak sendirian, pelatih berkumis tebal itu membawa serta bintangnya di Deltras seperti Hilton Moreira, Airlangga, dan Hariono untuk digabungkan dengan bintang yang sudah bersinar di Persib Bandung seperti Lorenzo Cabanas, Nova Arianto, Zaenal Arif, dan Eka Ramdhani. Geliat Persib ternyata tidak berhenti di situ saja, bintang Indonesia lainnya seperti Atep, Maman Abdurrahman, Harry Salisburi, Siswanto dan si anak hilang Nyeck Nyobe di gaet. Persib pun langsung di sebut sebagai salah satu kandidat kuat juara Superliga mengingat tim inti dan tim cadangan memiliki kekuatan yang berimbang. Persib memulai laga perdana Superliga Indonesia dengan menjamu Persela Lamongan pada tanggal 13 Juli 2008. Sebuah laga yang menegangkan dan mungkin akan selalu diingat oleh bobotoh Persib karena dalam waktu tujuh

Koalisi ? Silakan tanyakan hati

Pada masa kampanye, katakanlah ada partai A yang visi dan misinya tidak sesuai dengan partai B. Mereka melakukan kampanye dengan garis yang mereka yakini, tentu saja keduanya bersebrangan. Setelah rakyat menyaksikan partai A dan B berkampanye, tentu kemudian rakyat akan memilih pilihannya sesuai visi dan misi yang telah dipromosikan oleh masing-masing partai dengan harapan sang pilihan itu akan melaksanakan misi visi (baca janji) yang telah di jelaskan sebelumnya. Namun apa lacur, setelah proses pemilihan usai, kini kedua partai yang sebelumnya memiliki visi dan misi yang berbeda (bahkan mungkin saling menggecam) malah merapat demi sebuah posisi atau penggalangan kekuatan yang mungkin tidak dimengerti sama sekali oleh rakyat banyak. Mengingat latar belakang yang dijelaskan di awal tulisan ini, apakah layak "gerakan" koalisi ini ada?