Pelatih, Klub Dan Gelar Juara

Tahukah Anda,
1. Alex Ferguson membutuhkan waktu lebih dari lima tahun, saya perjelas ya... LEBIH DARI LIMA TAHUN untuk membawa Manchester United mengakhiri paceklik gelar di kompetisi Liga Premier Inggris selama 26 tahun, sekali lagi DUA PULUH ENAM TAHUN.

2. Manajer pertama Arsenal yang bukan orang Inggris Raya Arsene Wenger, membawa Arsenal merajai daratan Inggris pada tahun keduanya melatih (1997/98), namun sejak Arsenal menjadi jawara Liga Premier Inggris musim 2003/04, hingga kini (musim kompetisi 2008/09) Arsenal belum pernah juara.

3. Kendati Rafael Benitez pernah memberikan gelar juara Liga Champions bagi Liverpool, tahukan Anda bahwa pelatih asal Spanyol itu belum pernah memberikan gelar Liga Premier Inggris sejak kedatangannya di Anfield pada tahun 2004. Ya, Benitez hingga musim kelima di daratan Inggris, hingga kini belum mampu mengakhiri kering gelar di kompetisi domestik bagi The Reds, kendati demikian, musim sekarang (2008/09) Benitez mendapat kontrak baru dari sang pemilik Liverpool.

Hm... menilik catatan di atas dan melihat kondisi klub sepak bola di Indonesia, rasanya sangat kontras sekali. Pelatih di Indonesia kerap berganti hampir di setiap musim kompetisi, paling banter dua tahun mereka bertahan di satu klub, kendati ada pula pelatih yang mampu bertahan di satu tim hingga tiga sampai lima tahun.

Lalu apa yang salah? Apakah ini kesalahan manajemen atau kesalahan pelatih itu sendiri? Saya tidak tahu pasti, namun boleh kan menduga apa yang terjadi.

1. Klub, Manajemen klub lah pengambil keputusan seorang pelatih harus di putus kontrak atau tidak. Mungkin saja klub berada di bawah tekanan publik, sehingga sering membuat keputusan yang terburu-buru (panic decision). Panic decision terkadang tepat, tetapi tidak jarang pula salah. Kenapa hal ini bisa terjadi bahkan sampai disebut panic decision? hm... mungkin karena banyak orang yang berada di posisi strategis bukanlah orang yang tepat untuk memegang jabatan tersebut.

2. Pelatih. Mungkin terlalu naif jika saya menyebut pelatih di Indonesia terlalu konservatif, kurang memiliki taktik yang variatif, sehingga musim per musim taktik pelatih mudah di baca karena strateginya mononton. Lalu mungkin juga si pelatih tidak memiliki program jangka panjang dalam sebuah tim, sehingga jika pelatih gagal membawa klub juara, maka tidak ada yang bisa dijelaskan lagi atau tidak memiliki rencana lain yang lebih berharga ketimbang hanya juara instan (mungkin ini juga yang mendasari juara Liga Indonesia kerap berganti di setiap musimnya).

Hm... saya sendiri tidak yakin kebenaran analisa mentah tadi, tapi ya boleh dong mengungkapkan apa yang ada di otak walaupun saya hanya bisa mengulasnya dengan cara yang dangkal dan sederhana. Bukankah ada sebutan jika situasi permasalahan begitu kompleks, maka jawaban yang paling sederhana bisa disebut jawaban yang paling tepat. Kata siapa? au ah saya juga asal bikinnya haha.... :)

Oh ya, saya tambahin dikit, saya yakin banyak orang yang sedikitnya paham akan TEORI membangun sebuah tim profesional atau dalam gambaran yang lebih global menciptakan atmosfir industri sepak bola. Saya hanya ingin menyentil sedikit saja, dengan sebuah kalimat dari Albert Eisntein "JIKA FAKTA TIDAK SESUAI DENGAN TEORI, RUBAH SEGERA FAKTANYA".

Salam,
Ide Bodoh... :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Risau NKRI - The Panas Dalam

Kisah Penyerangan Polisi Ke Fans Shop Viking Persib Club

Deva Travel Mengesalkan!