Romeo And Juliet Mengundang Kontroversi

Lumayan menjadi pro dan kontra film Romeo and Juliet.

Sejak saya mendengar rencana akan dibuatnya film jenis ini, reaksi saya biasa saja dan penilaian saya langsung tertuju pada otak pembuat film yang jeli melihat kondisi pertikaian supporter yang lalu dirangkai dalam kisah percintaan yang diambil dari karya terkenal William Shakespeare walau saya tahu ide ini pernah di filmkan di Brasil dengan judul GET MARRIED (2005) yang dilatarbelakangi oleh pertikaian antara supporter Corinthians dan Palmeiras.

Itu di satu sisi, dari sisi lainnya adalah sisi komersil, dengan memanfaatkan nama kelompok supporter yang memiliki jumlah ribuan dan dalam kondisi yang tidak akur, tentu saja akan memudahkan pebisnis dalam melakukan promosi, karena promosi akan bergulir dengan sendirinya.

Lalu bagaimana film tersebut? Wah saya belum melihat film ini dan baru sebatas melihat trailer nya saja dan beberapa tulisan di media online yang ada, salah satunya dari detik yang menulis:

"Film Romeo-Juliet sendiri mengisahkan tentang seorang Jakmania yang bernama Rangga yang diperankan oleh Edo Borne yang jatuh hati pada seorang Lady Vikers yang bernama Desi yang diperankan oleh Sissy Prescilllia. Mereka jatuh cinta pada pandangan pertama saat terjadi bentrokan berdarah antara Jakmania dan Viking.

Kisah pun berlanjut saat Rangga memutuskan untuk pergi ke Bandung guna menemui Desi. Oleh para Jakmania, keinginan Rangga dianggap sebagai usaha mengantarkan nyawa pada Viking. Tak hanya itu, Rangga pun dianggap sebagai penghianat.

Di satu sisi, Desi pun mengalami hal serupa. Penolakan meluncur keras dari keluarganya setelah mereka tahu tentang jalinan cinta kasihnya dengan seorang Jakmania. Terlebih Parman, kakak Desi, yang diperankan oleh Alex Komang adalah pemimpin Viking.

Film ini berhasil memindahkan konflik dalam kisah aslinya antara keluarga Montague dan Capulet dalam perseteruan yang memiliki sejarah panjang antara Jakmania dan Viking. Dari keseluruhan film layak mendapatkan acungan jempol. Sayang dialek Sunda yang ada dalam dialog masih kaku. Detik, Selasa, 21/04/2009 16:44 WIB."


Bagi saya pribadi sendiri, tampaknya saya harus menyaksikan terlebih dahulu film ini, lalu berkomentar apakah film ini layak mendapat reaksi berlebih atau tidak. Ide Bodoh? mungkin, tapi terkadang pemikiran yang paling sederhana adalah jawaban tepat.

Tunggu saja ulasan saya setelah menonton film ini.

Cheers...!!!

Komentar

  1. mau nonton film romjul kang?
    kan di bandung mah diboikot..
    mau nonton di mana?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Risau NKRI - The Panas Dalam

Kisah Penyerangan Polisi Ke Fans Shop Viking Persib Club

Deva Travel Mengesalkan!